Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan ,sedangkan kabupaten semarang di bagian utara. Gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.
Gunung merbabu dapat di daki melalui jalur selo, kopeng maupun ngagrong. Gunung ini berdampingan dengan gunung merapi di sebelah utaranya. Selo adalah daerah pendakian yang ideal, disamping terdapat bescamp pendakian ke gunung merbabu, juga terdapat bascamp pendakian ke gunung merapi, kedua bascamp ini hanya terpisah oleh jalan yang menghubungkan kota Boyolali dengan muntilan(Magelang). Selain itu selo juga memiliki pemandangan yang bagus karena letaknya yang berada di antara gunung merapi dan merbabu. Selo berasal dari bahasa jawa yang berarti “Celah” , jadi Toponimi selo berasal karena tempat tersebut merupakan celah yang diapit oleh gunung merapi di sebelah selatan dan merbabu di sebelah utara. Nb- baca selo seperti e pada kata selalu. Karena kalau di baca e seperti pada kata edan, maka akan mempunyai arti batu.
Bascamp Selo (kecamatan selo, kab. Boyolali) dapat di tempuh dari Solo melalui kota Solo-Boyolali-Selo, perjalanan melalui angkutan umum bisa di tempuh dengan bus rute Solo-Boyolali dan diteruskan dengan mini bus jurusan Boyolali-Selo. Sedangkan dari arah jogja lebih mudah di tempuh melalui jalur Jogja-Muntilan-Selo dan dari arah Semarang dapat ditempuh melalui Semarang –Magelang-Muntilan-Selo.
Liburan semester adalah liburan paling kami nantikan pada waktu kuliah, bulan juni tahun lalu (2008) kami mempunyai target untuk bermain-main di gunung merbabu, karena semester sebelumnya telah pernah mendaki gunung merapi. Seperti biasa terdapat 2 manusia yang sulit terpisahkan dalam pendakian, yaitu saya sushi motto dan azis alias simbah. Liburan ini bertepatan dengan libur panjang akhir tahun sehingga banyak mahasiswa yang memilih pulang kampong ke daerah asal masing-masing. Akhirnya pendakian ini kami lakukan dengan 3 awak yaitu saya sendiri,bekti van sambas, dan simbah. Meskipun hanya ber-3 kami sangat antusias untuk sampai puncak merbabu secepatnya.
Terik matahari di siang hari (21 juni 08) membuat kami gerah, di dalam rumah kos saya, simbah mendatangi dengan semangat untuk mengajak berbelanja kebutuhan logistik pendakian, siang itu juga kami bertiga berbelanja kebutuhan kami, dan yang tak terlupakan adalah kopi hitam untuk menemani perjalanan kami, ya,,,kopi adalah bawaan yang selalu kami sediakan, dan kopi adalah saksi bisu kami dalam perjalanan ke puncak gunung manapun. Perjalanan kami tempuh dari solo dengan naik motor pada sore itu sekitar jam 5, yang start di kos saya di belakang kampus UNS.
TAKUT ANJING
Sesampainya di selo jam menunjukkan pukul setengah 7. Bertiga kami langsung melaju mengikuti papan penunjuk arah bascamp merbabu, melewati perkebunan warga yang sepi melalui jalan aspal rusak sekitar 10 menit, tapi lama kelamaan tak kunjung terdapat pemukiman yang biasa terdapat di lereng gunung yang biasa di jadikan tempat bascamp. Kami bertiga berhenti di jalan sempit di tengah ladang warga. Di tengah jalan yang sempit dan di tempat curam membuat kami sulit memutar sepeda motor kami untuk berbelok arah, karena arah yang kami tuju ternyata buntu oleh longsoran. Dengan kesusahan kami memutar sepeda motor, terdengar sayup-sayup gonggongan anjing yang lambat laun semakin dekat dengan kami. Kami pun semakin grogi dan berteriak-teriak karena si anjing ini menggonggong dan mendekat kami. Akhirnya dengan segala ketakutan dengan anjing kami berhasil memutar motor kami dan langsung menggeber motor kami ke bawah.
Akhirnya kami kembali ke pusat kota selo dan mencari tahu daerah bascam yang kami cari, ternyata bascamp yang kami tuju tadi tidak dapat di akses karena terhalang oleh longsoran, cetus warga. Dan akhirnya disarankan warga untuk melalui jalan yang lainnya untuk mencari daerah tersebut.
JAM 9 DARI BASECAMP
Sesampainya di bascam kami langsung melakukan sholat isya + jama” dengan sholat magrib. Selain itu karena suhu dingin kami memesan kopi sekaligus nasi+telor untuk makan malam kami. Jam menunjukkan pukul 9.00. kami segera mempersiapkan tas kami untuk segera kami bawa dalam pendakian. Kami adalah kaum minimalis yang males ngemodal-is, ha2,,, karena malam itu juga kami mendaki hanya diterangi dengan lampu korek gas seharga 1500-,. Perjalanan sangat menyenangkan, kami bertiga mengisi perjalanan kami dengan saling bertukar cerita ketika kami masih sma dulu. Kami kurang mengetahui nama-nama tempat ang di gunakan untuk seatle peristirahatan, karena kami mendaki pertamakali di gunung itu dan tanpa guaide yang telah bermean ke gunung itu juga. Perjalanan kami susuri melewati hutan lebat yang berada di lereng bawah gunung merbabu, dan di temani oleh nyanyian anjing hutan yang menggonggong. Kesunyian di tengah hutan juga terusik ketika kami menyalip rombongan anak-anak SMA dari klaten yang sedang kelelahan, dan 2 dari mereka memilih turun karena masuk angin. Selanjutnya mereka menguntit kami berharap mendapat layanan guaide dari kami. Kami pun menyilakan mereka untuk berbareng dengan kami. Di tengah rimbunnya semak-semak yang di lalui jalan setapak terdapat alur air hujan yang mempunyai kedalaman 2 meter, alur tersebut tertutup rapi oleh rerumputan dan tumbuhan perdu, sehingga mampu menjebak kedua personel dari rombongan anak SMA tadi, keduanya terperosok masuk ke parit tersebut hingga kepala merekapun tidak terlihat dari atas karena tertutup semak. Akhirnya mereka berteriak minta tolong. Dan kemudian berhasil di angkat. Ha,,,ha…kami ber tiga sempat berbisik “”untung saja anak-anak SMA ini kita suruh duluan” sehingga bukan kami yang terperosok kedalam jurang, dan kami pun tertawa,,,(he,,,2,,,sori yo cah klaten)
MALAM HARI DI PADANG RUMPUT
Sekitar jam 02.00 dini hari kami berhasil sampai di padang rumput pertama, pemandangan sangat eksotis pada malam itu, karena berbarengan dengan bulan yang bulat sempurna menyinari kesunyian padang rumput yang sedikit terganggu oleh desiran angin malam. Kami berpencar dengan rombongan anak SMA tadi, mereka memilih untuk sampai di padang rumput dari pada susah-susah ke puncak. Beristirahat dan menggelar matras adalah pilihan kami untuk menikmati malam terang bulan di padang rumput, untuk menghangatkan suasana malam, sebungkus kopi, gula siap kami racik menjadi minuman kopi yang kami sukai. Malam itu kami tidak membawa gas dan kompor, sehingga kami butuh bantuan kayu-kayu kering untuk membuat api, sekaligus membuat perapian untuk menghangatkan badan juga untuk membikin kopi.
Rembulan malam juga membantu menemai kami mengusir kesunyian, sedangkan di arah selatan terlihat sorotan-sorotan cahaya kecil yang merupakan lampu senter para pendaki gunung merapi.apabila suasana tidak berkabut sinar senter pendaki gunung merapi dapat terlihat dari gunung merbabu, begitupun sebaliknya apabila kita mendaki gunung merapi, maka senter pendaki gunung merbabu akan juga tampak. Hal ini terjadi karena jarak gunung merbabu-merapi sangat dekat dan jalur pendakiannya pun bersejajar. Kejadian ini juga dapat terlihat ketika kita mendaki gunung Sindoro maupun gunung Sumbing, karakter letak maupun jalur pendakian yang bersebelahan.
Simbah duduk di samping tas-tas kami yang kami letakkan di tanah sambil mempersiapkan piranti, sedangkan saya dan bekti mencari ranting-ranting kering di sekitar padang rumput yang mempunyai ketinggian sekitar 2400 m dpl. Kayu agak sulit kami temukan, hanya rumput-rumput yang lebat yang memenuhi tempat itu. Tapi untungnya masih ada beberapa gerombol pohan yang tumbuh di antara jutaan pasukan rumput yang berbaris. Satu-dua ranting kami kumpulkan tetapi ga dapat banyak untuk kebutuhan kami memasak air, tiba-tiba,,,alhamdulilah ,,,,saya bergumam dan mengatakan pada bekti, “wah bek ni pendaki kok baek banget mau ninggalin kayu yang sebanyak ini” tanpa piker panjang kmi berdua mengangkut tumpukan kayu kering tersebut.(siangnya waktu turun, ternyata kayu-kayu tersebut merupakan kayu milik warga, sempat berpapasan dengan warga yang sedang mencari kayu, sayapun bertanya, kok sampai setinggi ini buk,,nyari kayunya,,,? Padahal dalam hati kami sedikit tertawa dan mengatakan soriiiiii bu kayumu semalem tak bakar satu gendongan,,,,,,,,,,,,,,,,) kasihan juga sbenarnya tp kita bertiga tertawa terbahak-bahak ketika menjauh dari ibu pencari. Sekali lagi maafkan ..
Sesampai di tempat perapian kayu kami bakar sambil merebus air kami bercanda dan ber-foto2 di kesunyian gunung, yang sesekali terdengar riuh gugusan rumput lebat yang terbelai-belai oleh angin. Setelah beberapa waktu kopi manis dan mie kuah telah terhidang, kami benar-benar menikmati kesunyian tersebut.wah,,,,,indahnya alam ini,,,,
Tanpa terasa jam mulai menunjukkan jam 4 pagi, sehingga kami bergegas melanjutkan perjalanan ,,,,,
MENUJU LERENG PUNCAK
Beberapa saat kami melanjutkan perjalanan, di ufuk timur mulai terdapat remang-remang cahaya yang menandakan matahari mulai berusaha menyingkap lebatnya awan di timur. Di lereng gunung yang berselimut hamparan rumput yang sama sekali tidak terdapat permukaan tanah yang terlihat, semua lantai gunung berasal dari karpet rumput indah nan mewah. Sejenak kami berhenti di lembah diantara dua bukit untuk menikmati sunrise yang mulai mengintip, nan indah gunung lawu yang sedikit terlihat di sebelah timur yang mengecoh mencoba mencuri perhatian untuk menyaingi indahnya sunrise
Indahnya gunung merapi yang mempunyai dua warna, bawah hijau dan atas abu-abu yang merupakan material pasir di sertai asap belerang yang mengepul menambah cantiknya pemandangan di gunung merbabu. Pesona gunung merbabu tidak hanya itu, bunga cantik nan elok juga menghiasi jalan setapak menuju puncak, ya ,,edelweiss adalah bunga itu. Merbabu mempunyai jumlah pohon edelweiss yang paling banyak diantara gunung-gunung se-Jawa Tengah. Keindahannya mencuri perhatian kami, sehingga kami juga berhenti di hutan edelweiss yang paling besar dan rimbun se Jawa tengah, pohonnya mempunyai tinggi sekitar 3,5meter dan diameter pohon mencapai 15 cm, hal seperti ini sulit di temui di gunung-gunung jawa tengah/timur selain di merbabu.
Banyak tipuan puncak bukit di merbabu, sehingga setiap kali kami melihat puncak dan bergegas ke sana, lagi-lagi masih ada puncak yang di atasnya, tenaga kami mulai terkuras di sebelum 2bukit dari puncak, kami kelelahan dan bersandar di lereng beralaskan karpet alam dari rumput. Tanpa kami sadari kami bertiga tertidur pulas, dan terbangun ketika matahari mulai panas ketika jam 7.10. kami tertatih-tatih untuk berjalan, beberapa kali kami menoleh kebelakang mencoba mencuri indahnya pemandangan gunung merapi disela-sela langkah kami. Mendadak kedua personel sulit di giring, simbah tampak lelah, sedangkan bekti berkali-kali memegangi perutnya. Kejadian ini yang paling banyak menelan waktu. Si bekti mengeluh ingin buang hajat, karena sakit perutnya tak tertahan lagi. Diapun menoleh ke kanan kiri untuk mencari tempat,,,bla,,,bla,,,,,! Sedangkan kita berdua menertawakan bekti yang kesakitan karena ingin,,,,,,,,,***cret. Tp akhirnya g jadi juga.
PUNCAK MERBABU
Akhirnya kami sampai di titik 3.145 meter di atas permukaan air laut, susah payah kami akan segera membuat kami berbeda. Suasana cerah, bersamaan musim kemarau. Kanan-kiri menoleh tak sia-sia karena setiap sudut akan menjadi pemandangan yang indah.
Di timur terdapat gunung lawu,meskipun terlihat kecil dan separuhnya tertutup kabut pagi.Sebelah selatan terdapat gunung merapi dan kepulan asap belerangnya, pemandangan ini sangat menakjubkan, seakan-akan kita tinggal selangkah lagi dan melompat bisa sampai di gunung merapi.
Sebelah utara terdapat perbukitan kacil sekitar bukit cinta, jajaran bukit kecil tampak menawan dan sebelah barat terlihat dua gunung yang seakan sedang bercumbu, yaitu gunung sindoro dan sumbing. Di atas kami membuat rekaman parody ala kami, serta berfoto ria. Lelah letih perjalanan semalam terbayar lunas dengan indahnya pesona gunung merbabu, menurut saya pribadi nilai pemandangan rating tertinggi adalah di puncak gunung merbabu di banding gunung se-jawa tengah lannya.
Pada hari itu udara tidak terlalu dingin, sinar terik matahari menyongsong semangat kami. Tingginya kami berpijak tidak membuat kami menjadi tinggi hati, diharapkan dengan moment seperti ini kita bisa menambah syukur dan ketaqwaan kita,amin…
“”Sushi motto, aziz dan bekti akan selalu berpetualang meskipun harus cuma bertiga maupun berdua.””””
Sekedar mengingatkan khususnya buat saya pribadi dan pembaca pada umumnya, jangan lupa sholat meskipun berada dimana saja, gunung, pantai, sedang berlibur maupun kemana.Bravo….PenceClub,,,,
baca juga pendakian lainnya:
Gunung Lawu, Merapi, Semeru, Slamet, Sumbing